Indonesia
merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak hutan terutama di Pulau
Sumatera dan Kalimantan. Hutan- hutan ini setiap tahunnya dibakar oleh oknum tidak
bertanggung jawab dengan tujuan tertentu.
Berbeda
dari kebakaran hutan yang terjadi satu hingga dua tahun sebelumnya, pada tahun
2019 kebakaran hutan yang terjadi di Pulau Sumatera khususnya Provinsi Riau dan
Pulau Kalimantan nampaknya membuat masyarakat khawatir. Tidak hanya masyarakat
setempat, peristiwa yang sudah masuk dalam kategori bencana alam ini sangat
mengkhawatirkan hampir seluruh rakyat Indonesia. Terbukti dari banyaknya aksi
yang dilakukan untuk mengumpulkan dana dan membantu para korban bencana alam
dan juga memprotes pemerintahan.
Kebakaran
yang terjadi membuat kita berpikir. Apa yang menjadi penyebabnya dan mengapa
hutan dan lahan dibakar? Ternyata hutan dan lahan dibakar dengan tujuan untuk
membersihkan lahan yang akan ditanami kembali. Proses ini memanfaatkan panasnya
musim kemarau yang terjadi untuk mempermudah pembakaran ini. Selain itu, dilansir
dari situs tirto.id, fakta yang lebih
mengejutkan adalah ternyata yang membakar adalah perusahaan asing yang memiliki lahan dan ingin membersihkan
lahan mereka dengan cara yang mudah, murah dan cepat. Tak sampai di situ saja,
perusahaan asing tersebut memanfaatkan masyarakat setempat yang mau dibayar
murah untuk membakar hutan dan lahan.
Kebakaran
hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi menyebabkan timbulnya asap tebal di
daerah yang terkena dampak. Seperti yang terjadi di Riau. Awalnya, asap yang
timbul hanya sedikit saja, namun setelah berjalan hampir dua bulan asap yang
timbul semakin tebal. Hal ini dapat diukur dari kualitas udara yang dikeluarkan
oleh Airvisual.com yang pernah
mencapai angka 500 US AQI untuk salah satu daerah di Riau dan 900 US AQI untuk
salah satu wilayah di Kalimantan. AQI merupakan singkatan untuk Air Quality
Index (indeks kualitas udara).
Ini
merupakan hal yang sangat memprihatinkan bagi kita sendiri karena dampak yang
ditimbulkan membahayakan bagi siapapun yang menghirupnya. Udara yang kotor
dapat merusak paru-paru di masa yang akan mendatang. Tak lupa, banyaknya korban
yang meninggal akibat penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Tidak
cukup sampai di situ, banyaknya penerbangan yang dibatalkan dan dialihkan ke
kota lain juga membuat kita semua rugi.
Kebakaran
hutan dan lahan yang terjadi tidak membawa dampak positif apapun bagi
masyarakat. Hanya perusahaan swasta yang tak bertanggung jawablah yang
menikmati dampak postifnya. Sering timbul pertanyaan ‘mau sampai kapan?’ Maka
dari itu, sangat diperlukan peran aktif pemerintah daerah dan kota untuk
menindak tegas dan memperketat perizinan menyangkut kebakaran hutan dan lahan
agar kejadian yang serupa tidak terjadi lagi di tahun berikutnya.
Posting Komentar
Posting Komentar