Hidup lebih
indah ketika kita bisa bersyukur dengan apa yang sudah kita miliki.
Waktu itu tepat pukul setengah lima sore ketika kami
bertiga memutuskan untuk membeli es dawet Cendol Minang di sekitar pelataran pintu empat Universitas
Sumatera Utara (USU). Terlihat ibu penjual menyambut dengan semangat ketika
kami mengajaknya mengobrol tentang hidup.
Namanya Rosma Caniago. Ibu Ema, begitu katanya dia
kerap disapa oleh orang-orang sekitarnya. Seorang ibu rumah tangga sekaligus
penjual minuman di sekitar pintu empat USU. Usaha ini sudah dijalaninya dengan sang suami sejak
lama, namun baru membuka jualan di USU selama lebih dari satu tahun terakhir
setelah ditawari oleh suami yang berprofesi sebagai tukang becak.
Alasannya, karena di USU ini penghasilan yang
didapatkan tentu lebih banyak dibandingkan hanya berjualan di sekitar rumah
saja. Membahas masalah ekonomi, Ibu Ema pun dengan tersenyum bangga mengatakan
bahwa penghasilan berjualan seperti ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, bahkan
mampu menyekolahkan anak-anaknya yang masih remaja.
Sukanya berjualan di USU ini menurut beliau bisa
mengenal banyak orang, tidak hanya dari kalangan penjual namun juga mahasiswa
dan muda-mudi di sekitar. Bahkan, Ibu Ema mengatakan beliau sudah memiliki
beberapa pelanggan tetap yang sering menghampiri dagangannya selama berjualan di pintu empat ini.
Dukanya? Ibu Ema mengeluh karena sering mengalami razia yang
dilakukan oleh Satpol PP. Beliau menceritakan bagaimana waktu itu pernah
tertangkap sekali sehingga semua barangnya disita, rugi tentunya membayangkan
gerobak, alat perkakas, dan jualannya disita oleh petugas dan tidak
dikembalikan. Sebenarnya Ibu Ema tahu jika jualan di pelataran depan USU itu dilarang, tapi
terpaksa beliau lakukan demi memenuhi kehidupan ekonomi keluarga. “Jualan
cendol ya untuk hidupi keluarga sama bayar kontrakan juga,” ujarnya. Selain
itu, Ibu Ema juga tidak suka ketika hari sudah mulai mendung atau sedang turun
hujan, “Jualan jadi nggak laku,” begitu
tuturnya.
Beliau mengatakan dirinya tidak bisa hanya
mengandalkan suami untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Baginya tidak ada
masalah jika dirinya harus bekerja juga agar seimbang, ungkapnya. Ibu Ema berharap ke depannya agar bisa membuka usaha baru
yang lebih meyakinkan seperti toko sembako, karna tidak selamanya usaha es
cendol dan rasa takut akan digusur dia rasakan setiap hari. Sambil tersenyum
tipis malu di bawah
teriknya Kota Medan pada sore hari, Ibu Ema mengungkapkan bahwa ia ingin mempunyai rumah
sendiri untuknya dan keluarga. Kami tersenyum mengamini dalam hati.
Posting Komentar
Posting Komentar