Ilmu Komunikasi A USU 2018

Blog ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah keterampilan berkomunikasi 2.

Ibu adalah Sebuah Keajaiban yang Nyata


Ibu adalah malaikat tanpa sayap. Ungkapan itu memang benar adanya. Ibu tercipta untuk menciptakan kehidupan baru melalui buah hatinya. Setiap ibu membawa kejaiban untuk anak-anaknya. Mereka mendedikasikan sebagian besar hidupnya untuk kehidupan anak-anaknya. Salah satunya adalah perempuan bertubuh gempal dengan baju batik khas pengajar yang sedang berbincang dengan kami waktu itu.
 Namanya Sudarti, seorang ibu berusia 51 tahun yang harus menghidupi ketiga anaknya dengan seorang diri. Suaminya meninggal dunia tiga tahun silam dengan sangat tiba-tiba. Meninggalkan kesedihan, tanggungan, dan juga utang. Ibu Sudarti bekerja sebagai seorang guru di salah satu sekolah dasar swasta di Medan. Dengan penghasilan sebesar satu juta dua ratus ribu rupiah setiap bulannya, Ibu Sudarti dituntut untuk memenuhi kebutuhan harian dan biaya sekolah ketiga anaknya beserta utang yang masih harus dilunasi. “Ya kalau ditanya cukup atau tidak, sudah pasti sangat tidak mencukupi. Tapi Allah selalu memberi rezeki, jadi gak perlu takut.” ujarnya dengan yakin.
Sadar akan kebutuhan yang menggunung dan pemasukan yang berkurang, Ibu Sudarti tidak tinggal diam. Dia memutar otak agar bisa mendapatkan uang tambahan untuk biaya sekolah anaknya. “Dari kecil, saya sudah terbiasa berjualan dengan ibu saya. Jadi, untuk menambah uang ya saya jualan. Pernah jualan jajanan di tempat saya mengajar. Pernah juga jualan mie goreng sama nasi goreng. Ya laku, Alhamdulillah, seharinya bisa dapat 100 ribu. Tapi karena terlalu repot tiap paginya, saya jadi sering terlambat. Akhirnya, pihak sekolah melarang saya untuk berjualan. Pernah juga coba jualan di rumah, tapi kurang laku karena lokasinya di dalam gang.” jelasnya panjang lebar. Bukan hanya berjualan, Ibu Sudarti juga pernah mencoba untuk menjadi guru honor di kelas sore SD negeri di sekitar tempat tinggalnya. Namun karena penyakit jantung yang dideritanya, dia menjadi mudah kelelahan dan tidak sanggup mengajar. Bak takdir menjemput, Ibu Sudarti pun mendapat jalan untuk kembali berjualan. Kali ini, ia dan guru-guru di tempatnya mengajar diminta untuk mengolah kantin sekolah bersama-sama. Dari hasil berjualan, uang yang didapat setiap harinya cukup untuk uang saku anak-anaknya dan sisanya ia tabung untuk membayar utang.
Pada saat suaminya meninggal, dua anak Ibu Sudarti adalah siswa/siswi SMA negeri favorit di daerah tempat tinggal mereka. Sementara yang paling kecil adalah siswa sekolah dasar tempat Ibu Sudarti mengajar. Untuk biaya sekolah, kedua anak Ibu Sudarti mendapatkan bantuan dari pihak sekolah sehingga tidak diwajibkan untuk membayar iuran bulanan. “Awalnya cuma si Abang saja yang dapat bantuan karena dia duluan sekolah dan satu keluarga hanya satu orang yang mendapat bantuan komite. Tapi setelah Ayahnya meninggal, saya mengajukan surat permohonan dan karena si Kakak juga berprestasi, akhirnya dikasih bantuan juga sama pihak komite sekolah. Alhamdulillah berkurang dua beban keuangan.” jelasnya dengan sumringah. Sementara itu, tinggal anak bungsunya yang harus membayar biaya sekolah.
Perkataan Ibu Sudarti tentang rezeki dari Allah memang benar adanya. Hampir di setiap hari Jumat ada orang yang datang dan memberikan santunan anak yatim kepada keluarga mereka. Untuk biaya makan pun mereka tidak perlu terlalu khawatir. “Karena kami tinggal di lingkungan keluarga, jadi kalau ada apa-apa lebih gampang. Misalnya, saya lagi tidak di rumah dan tidak ada makanan, maka anak-anak saya akan pergi ke rumah budenya untuk meminta lauk. Jadi, tinggal berdekatan dan punya hubungan yang baik dengan keluarga juga sangat membantu keuangan kami waktu dulu.” tuturnya.
Setelah tiga tahun berlalu, Ibu Sudarti berhasil bangkit dari keterpurukannya dan mampu menyekolahkan ketiga anaknya hingga lulus SMA dan SD. Saat ini, anak sulungnya sedang menempuh pendidikan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri dan berada di tahun ketiga. Sementara itu, anak perempuannya juga menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara, jurusan Ilmu Komunikasi di tahun kedua. Dan si bungsu bersekolah di SMP Kemala Bhayangkari 1 Medan di kelas 8. “Saya bersyukur sekali anak saya bisa lulus di IPDN dengan murni, yang satunya bisa berkuliah di kampus negeri, bahkan mendapat bantuan beasiswa. Kalau diingat perjuangannya si Abang, sore les di sekolah, malam langsung les di luar, pulangnya jam 11 malam, kadang hujan, mana tempatnya jauh, banyak bahayanya. Tapi Alhamdulillah terbayar lunas. Melihat si Kakak sampai ngedrop karena gak lulus SNMPTN, Alhamdulillah diganti pas SBMPTN. Alhamdulillah doa saya setiap malam didengar sama Allah.” jelasnya sambil terharu. Selain berhasil menyekolahkan anaknya di tempat yang bagus, Ibu Sudarti juga berhasil melunasi sebagian utangnya dan melengkapi sedikit demi sedikit bangunan rumahnya.
Menurut Ibu Sudarti, tugasnya sebagai seorang ibu tunggal belum berakhir sampai di sini. Mengingat anak bungsunya masih memiliki jalan yang panjang ke depannya. Selain itu, kedua anak lainnya masih menjadi tanggungan Ibu Sudarti hingga mereka memiliki pekerjaan dan berkeluarga nantinya. Ibu Sudarti telah membuktikan bahwa seorang wanita bukanlah makhluk yang lemah dan menjadi ibu tunggal bukan berarti tidak mampu menyukseskan kehidupan anak-anaknya terutama pendidikan. “Saya selalu bilang sama anak saya yang perempuan, kalau jadi perempuan itu harus mandiri, jangan terlalu bergantung sama orang lain apalagi laki-laki. Kita boleh jadikan orang lain panutan, tapi jangan sepenuhnya bersandar pada mereka. Karena manusia punya waktunya masing-masing dan satu per satu dari mereka akan dipanggil pulang sama Allah.” ucapnya menutup perbincangan kami hari itu.

Related Posts

Posting Komentar

Writers

Aisha Tania Sinantan Sikoko 4 Alfi Bardan 3 Alya Elmi Niyana 3 Annisa 3 Anthony Dhasdo Siallagan 1 Aprilia 3 Arief Ramadhan Djiwandana 3 Chalista Putri Nadila 4 Christoper Aprilio Herdimas Siregar 3 Cici Handayani Br.Ginting 4 Cut Yasmine Amalia Nurazzahra 4 Dai Ridho Ritonga 2 Debora Ginting 3 Debra Nila Mesita Yohana 4 Devita Sandra Milenia 3 Dinda Rahma Puspita Daulay 2 Dira Zulfi Chairunnisa 1 Diva Annisa Siregar 2 Erizki Maulida Lubis 4 Esai 40 Essay 1 Evi Septianti Br Perangin-Angin 4 Fatima Apriani Harahap 4 Fauzi Akbar 3 Feature 7 Fitri Fajriah Harapan 2 Galih Muhammad Soaloon Lubis 2 Game 1 Grace Immanuella Pascauli Hasugian 4 Gress Miya Tobina Tarigan 3 Habil Jabbar Jamack 1 Howen Jayawi 3 Jeremi Chris Sandra Brahmana 1 Jesika Gultom 3 Jihan Afrah 4 Karina Hanna Afriaty 4 Katerina Cheryl Dwi Anugrah 2 Khairunnisa 2 Konsumerisme 1 Lidya Sutanto 3 Maeka Naoma Tobing 2 Megan Lisandra Elmira 2 Meli Deliana Kamila 1 Mira Miareta Putri 1 Misrul Azizah 2 Muhammad Adriansyah Lubis 2 Muhammad Fikri Razak 4 Muhammad Hamli Rizki 4 Muhammad Ricky Al Fazril 2 Muhammad Ryan Alfarizi Nawar 3 Muhammad Taufan Mulia Harahap 4 Mukhlis Lahuddin Harahap 3 Nur Rahmi Aqilia 2 Nurkhaliza Lubis 4 Prayer Nugraha M Sitorus 2 Puan Nadiya Maghfirah 2 Rafika Rizki Nurhadi 1 Raja Salsabila Pasha 2 Restika Juliana Silalahi 3 Review 10 Risya Nur Hasanah Saragih 1 Rizka Farha Aulia 3 Rohid Zulfikar Ashari 3 Sania Febrita Br Sembiring 3 Shalli Aggia Putri 2 Shilva Devira 1 Suci Syahfitri Ani 3 Syafira Pohan 3 Tentang Kami 66 Timotius Dwiki Meglona Hutabarat 4 Tsani Afifah 4 tutorial 1 Valencia Christiani Zebua 4 Vany Ayudisty 1 Widya Tri Utami 1