Film yang ditulis sekaligus disutradarai
oleh Ary Ester ini dirilis pada 27 juni 2018. Film Hereditary menghasilkan
keuntungan 79.3 juta USD. Film yang bergenre horror (thriller) ini
berdurasi 127 menit .
Film ini menceritakan sesuai yang
tergambar di judulnya. “Hereditary”
yang berarti warisan, bercerita tentang kutukan keluarga yang diturunkan ke anak cucu. Kematian seharusnya menjadi
tempat semua manusia berduka. Namun, berbanding terbalik dengan apa yang
terjadi pada keluarga Graham. Ellen Graham, ibu dari Annie (Toni
Collette) dan Steve (Gabriel Byrne), serta nenek dari Peter (Alex Wolff) dan
Charlie (Milly Shapiro) yang wafat justru
tidak disambut dengan duka yang mendalam.
Dari
awal film, Hereditary sudah
membangun suasana yang menyeramkan. Tone yang
gelap dari film ini sudah menandakan bahwa Hereditary adalah film horror. Sutradara dan penulis naskah Ari
Aster menampilkan arahan dan jalan cerita yang rapi. Tone kelam yang sudah dimunculkan sejak awal film dilengkapi dengan
gerakan kamera yang bagus.
Tidak
banyak jumpscare yang ditampilkan
dalam film ini. Namun, pergerakan kamera yang bagus membuat penonton
benar-benar merasa menjadi bagian dari keluarga Graham. Tidak ada sosok hantu
yang menakutkan dalam film ini. Sosok hantu digantikan dengan pergerakan kamera
yang seirama dengan suara-suara yang membuat suasana keluarga Graham sangat
menyeramkan. Kombinasi naskah yang solid, pergerakan kamera yang berbeda akan
selalu membuat penonton selalu bertanya-tanya apakah yang akan terjadi pada
adegan berikutnya. Ditambah lagi penata rias di film Hereditary benar-benar bisa menampilkan sosok karakter dengan
wajah yang pucat dan membawa penonton pada suasana sebuah keluarga yang dikutuk
itu benar adanya. Di film ini semua karakter mampu menunjukkan ekspresi yang
benar-benar dingin untuk membangun sebuah suasana horor dalam sebuah keluarga.
Keempat pemeran utama mampu membangun chemistry yang benar-benar kuat,
mulai dari awal hingga akhir film.
Mengambil setting di South Lake
City, Utah, Amerika yang memang sering menjadi setting tempat untuk film-film horror Amerika, atmosfer film ini memang sangat
menakutkan dari awal cerita. Tone pencahayaan yang gelap dengan dominan warna
hijau tosca dan kuning kecoklatan disertai scoring yang mencekam memang
memberikan nuansa creepy yang luar biasa.
Meski
dengan jumpscare yang minimal, film ini
berhasil memberikan rasa takut yang maksimal. Ari Aster pandai dalam
mempermainkan psikologis penonton sehingga kita bisa merasa ketakutan sepanjang
film. Bahkan adegan-adegan yang terkesan biasa mampu memberikan antisipasi pada
adegan selanjutnya yang memberikan efek horror
dan mencekam. Pemilihan pemain untuk mengisi slot karakter dalam film ini
juga cukup baik, dengan gerak gerik dan ekspresi mereka berhasil menyampaikan
kesan misterius yang apik.
Meskipun
beritme lambat tetapi film ini memberikan ketegangan yang tak henti. Elemen
elemen disturbing yang disajikan Ary
Aster pun membuat kita terhenyak. Mungkin bagi beberapa penonton, ending film Hereditary ini terkesan
membingungkan, tetapi jika merunut kejadian awal hingga akhir, misteri proses
bangkitnya iblis Paimon akan terungkap. Sebagai film panjang perdana Ary Aster,
Hereditary sukses dalam menyampaikan tujuannya sebagai film horror yang membuat jantung berdetak
cepat.
Posting Komentar
Posting Komentar